Bunta – Petani Desa Sumber Mulya, Kecamatan Simpang Raya, Kabupaten Banggai sukses mengembangkan tanaman jengkol. Kini, hasil tanamannya telah di ekspor sampai ke Pulau Jawa, rute penjualan hasil pertanian jengkol dari Desa Sumber Mulya di pasarkan ke Bone - Bone, Sulawesi Selatan melalui akases Makasar. Rute Tersebut dikarenakan hanya di Masakasar yang memiliki rute jalur laut ke Jakarta.
Petani bernama Rahman Sutrisno menyampaikan, kini ia telah mengembangkan tanaman jengkol seluas 12 Hektar di mulai sejak Tahun 2017. Luas lahan pengembangan jengkol sekira 12 Hektar. Hasil panen awal sekira 350 Kg kupasan, panen kedua sebanyak 1,5 Ton.
“Masa produksi tanaman umuran tanaman lima tahun, sedangkan panen antara sekira 700san Kg, untuk harga pembelian saat ini bermain di angka Rp15.000/Kg,” kata Rahman Sutrisno
Sejauh ini sebaran komuditas jengkol di Kabupaten Banggai baru dirinya yang sukses mengembangan dengan luas belasan hektar.
Inisiatif megembangkan tanaman jengkol sebut Rahman, itu terjadi setelah tanaman kakao yang menjadi komuditas unggulan di lahan perkebunan petani Desa Sumber Mulya mengalami penurunan produksi buah akibat hama.
Rahman kemudian terpanggil untuk menanam jengkol, pilihan mengembangan komuditas jengkol di keranakan tanaman jengkol kebal dari serangan hama. Kemudian di Kabupaten Banggai sendiri untuk komuditas pertanian selian jengkol tidak ada komuditas pertanian yang dapat diandalkan untuk masuk pasaran ke Pulau Jawa dan sekitarnya.
“Pengembangan jengkol supaya kita bisa memasok komuditas pertanian yang dapat di pasar ke Jawa, selain jengkol artinya kita bisa menjadi kopetitor baru nantinya,” tambahnya
“Tujuan pengembangan Jengkol adalah membuat komuditas baru yang bisa di ekspor ke Jawa. Kalau hasil produksi buha capai 8 sampai 10 ton akan di produsi sendiri. Harapan itu akan lebih menguntungkan di banding harga pembelian di Palu,” ungkapnya.
Sukses dalam pengembangan jengkol, kini beberapa petani di Kecamatan Simpang Raya mulai terpanggil untuk menanam jengkol.
Rahman yang juga aktif sebagai penyuluh pertanian Desa Lokait dan Sumbar Mulya menambahkan, tujuan lain untuk pengembangan jengkol juga sebagai bentuk metode kampanye menyuluh.
“Dalam menyuluh metode saya bukan metode retorika, tapi menggunakan metode dengan cara menanam dan sekarang warga mulai menamam jengkol, pasaran buah jengkol tidak megalami kesulitan sebab Jengkol menjadi makanan khas warga di Pulau Jawa, jengkol juga dapat di nikmati warga lokal khusunya warga jawa yang ada di Banggai,” ungkap Rahman.
Selian Jengkol, untuk pemanfaatan kekosongan lahan Rahman mengisi tanaman hutan jenis kayu Agatis. Pola penanaman Agatis menggunakan jarak tanam sekira 6 meter.
“Sebenarnya tanaman utama itu adalah kayu Agatis, lahan belasan hektar itu lebih banyak di berisi tanaman Agatis di banding Jengkol," aku Rahman
Pilihan untuk menanam kayu agatis karena proses pemeliharan tidak membutuhkan perawatan aktif. Begitu juga dengan manfaat tanaman agatis dapat menjanjikan untuk masa depan.
“Dari sisi proses pemeliharaan tanaman petani tidak di sibukkan dengan proses perawatan sebab karakter tanaman keras tidak cocok untuk pupuk subsidi dan hanya mengandalkan pupuk Organik,” terang Rahman
Kayu agatis di samping mengimbangi ekosistem juga memiliki nilai ekonomis. Kayu agatis dapat di ambil getah saat ber umur 10 Tahun dalam satu pohon dapat menghasilkan getah sekira 1 Ons , pengambilan getah di umur 10 tahun untuk menghindari masa usang. (HD-CNADaily)